TERUNGKAPNYA dugaan sindikat Bansos di Kabupaten Tegal makin semerbak mewangi. Usai berita Pemotongan Bansos di Desa Bogares Lor, Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal tayang, rentetannya sangat menarik.
Ada dua pertemuan penting di Desa Bogares Lor. Pertama, atas inisiatif Dinas Sosial mereka turun ke bawah, menemui Kades Boglor. Di pertemuan itu diundang dua korban pemotongan Bansos, petugas pendamping dan sejumlah warga.
Yang janggal dari pertemuan itu ada ancaman ke warga yang dituduh membocorkan informasi soal dugaan mafia Bansos ini ke media. Padahal keduanya bukan.
Di forum itu suasana tegang. Ada ancaman. Kemudian teror menebar ke mana-mana. Jadi heboh. Fakta dugaan bandit memotong Bansos dibelokkan. Menjadi isyu-isyu murahan bahwa mereka mengadu ke media karena kecewa. Akibat hak Bansosnya digergaji tanpa alasan yang jelas. Ini forum dagelan. Kemudian muncul berita bantahan. Yang menafikkan fakta yang sebenarnya.
Forum kedua adalah turunnya salah satu Kabid dari Dinas Sosial Pemkab Tegal. Ini lebih persuasif. Karena, bisa jadi Ia pejabat. Lebih bisa berfikir dingin dan dewasa.
Dia temui langsung korbannya. Bicara empat mata. Dari hati ke hati. Tanpa teror dan tekanan. Fakta pun terungkap. Kepada media ini, pejabat itu tegas menyatakan pemotongan Bansos memang ada.
Dia berjanji akan mendalami dua hal. Pertama, data kasusnya. Biar lebih lengkap. Kedua, kenapa ada orang kritis yang menyoal pemotongan itu kemudian haknya sebagai penerima Bansos dihapus. Ini akan didalami, kenapa bisa terjadi.
MAKANAN EMPUK
Ngutili Bansos adalah makanan empuk. Mereka para bandit itu adalah diduga sekelompok intelektual yang paham betul psikologi orang miskin. Penurut, nerimo dan kalau ditekan sedikit jadi mudah ketakutan.
Takut karena pilihannya dua. Ngikut tekanan aksi potong memotong atau menolak dan melawan dengan konskuensi haknya dihapus.
Kelompok ini paham betul.
Beruntung di Bogares Lor ada yang berani melawan. Dan bercerita ke media.
Kasus ini patut diduga juga terjadi di Desa lain. Cuma belum apes saja seperti di Bogares Lor. Ada yang berani melawan dan mau cerita ke media.
Di desa lain di Kabupaten Tegal, mungkin bisa dipastikan juga terjadi. Pasti karena diduga gerombolan pengutil Bansos ini rapi kerjanya. Mateng. Sistematis. Bisa jadi masif.
Dinas Sosial, sesuai pengakuan Kabidnya ini, mengaku sudah memperbaiki sistem dan akan terus melakukan perbaikan sistem. Ini tentu langkah keren dan joz.
Tapi perlu diingat. Sistem juga buatan manusia. Secara filosofi, sistem diciptakan juga untuk dilanggar.
Jadi sehebat apapun sistem itu dibuat. Percayalah, gerombolan bandit ini lebih cerdas. Karena mereka di bawah. Menguasai terirorial. Dan tahu betul psikologi orang kere, yang nrimo dan penakut kalau di tekan-tekan sedikit.
Yang perlu segera dilakukan Dinsos, kalau ingin beres itu satu. Tunjuk pendamping yang secara ekonomi sudah mapan, pejuang orisinil dan punya komitmen kuat untuk membangun bangsanya.
Tanpa itu, semuanya omong kosong. Tidak lebih dari gerombolan pengutil Bansos. Percayalah. (headlinetoday.id) editor: mridwan