Headlinetoday.id (oleh: Ustad Anis Tyas Kuncoro SAg MAg dalam Khutbah Jumat 10 Maret 2023 di Masjid Abu Bakar Assegaf Kampus Unissula.)
Semoga Allah SWT memberi kekuatan dan kesehatan lahir batin kepada kita semua. Harapannya kita berusia panjang dan diberikan kesempatan menapaki bulan mulia Ramadhan sebagaimana tertuang dalam doa yang sering kita panjatkan semenjak bulan Rajab dan Sya’ban.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”
Satu doa ringkas penuh makna yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang seringkali juga kita dengar lantunannya yang diulang-ulang bacaannya di banyak mushalla, dan masjid oleh anak-anak dan para orang tua. Satu doa yang bertujuan mengingatkan setiap mukmin untuk bersegera dan berlomba-lomba menyiapkan diri, baik secara lahir maupun batin untuk menyambut datangnya bulan mulia, bulan penuh limpahan keberkahan, bulan suci, bulan istimewa yang penuh rahmat, ampunan. Bulan yang menjadi washilah kita bisa terhindar dari siksaan api neraka, yaitu bulan Ramadhan.
Selanjutnya, apa yang harus dan perlu disiapkan dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini sehingga aktifitas ibadah di dalamnya dapat kita tunaikan dengan maksimal? Setidaknya ada dua hal yang perlu kita siapkan dalam menyambut dan memaksimalkan keistimewaan bulan Ramadhan yakni persiapan lahir dan batin, fisik dan mental, materil dan immateril.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah: 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ayat ini menegaskankan dan mengingatkan kepada setiap pribadi hamba Allah yang mukmin muslim untuk menunaikan kewajiban ibadah di bulan suci Ramadhan. Sebuah kewajiban yang juga telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu, sebelum Nabi Muhammad SAW yakni ibadah puasa. Kewajiban untuk menahan diri, tidak makan dan minum serta menghindari segala sesuatu yang sekiranya dapat membatalkan puasa sebagaimana tuntunan syariat.
Oleh karenanya, perlu persiapan lahiriah agar tubuh dapat beradaptasi dengan baik secara bertahap yakni dengan tutorial latih diri untuk berpuasa di bulan-bulan sebelumnya, seperti bulan Rajab dan Sya’ban. Rasulullah SAW telah memberikan contohkan dan kita sebagai umatnya patut untuk meneladaninya sebagaimana termaktub dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Artinya: “Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Rasulullah SAW biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Sya’ban”.
Selain persiapan lahiriah, penting juga untuk melakukan persiapan batiniah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Dan persiapan awal yang pantas dan bisa dilakukan adalah dengan menanamkan kegembiraan dalam hati, rasa dan pikiran. Sebab secara psikologis, perasaan dan pikiran gembira saat menyambut sesuatu akan menumbuhkan motif, dorongan dan perasaan kecintaan dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya jika motif dan perasaan cinta sudah tumbuh saat melakukan sesuatu, maka pasti akan dapat mencapai perolehan hasil yang maksimal. Rasulullah Muhammad SAW telah mengingatkan dalam sebuah hadis kepada ummatnya untuk senantiasa menghadirkan perasaan dan pikiran gembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Kegembiraan dan perasaan suka ria ini juga niscaya bakal diganjar dengan sebuah keistimewaan pula:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya: “Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
Subhanallah walhamdu lillah, begitu mulia dan istimewa sekali muatan bulan Ramadhan, sehingga perasaan gembira, pikiran suka ria dalam menyambut kedatangannya pun, kita akan memperoleh ganjaran pahala kebahagiaan yang tiada terkira yakni dihindarkan dan dilindungi dari siksa api neraka. Rasulullah SAW juga telah menjelaskan banyak keistimewaan dan kemuliaan selama bulan Ramadhan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Nasa’I bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.”
Selain persiapan mental dengan perasaaan dan pikiran gembira, bungah dan penuh suka ria maka yang tidak kalah penting adalah pembekalan diri dengan giat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tuntunan beragama dalam Islam sebagai upaya mengkalibrasi tingkat keimanan dan keyakinan yang mungkin sebelumnya tenggelam dalam hiruk pikuk perhiasan duniawi yang melalaikan.
Hal ini bisa dilakukan dengan banyak aktif mengkaji atau mendengar kajian dalam gelaran majelis taklim atau media lainnya tentang tuntunan ibadah bulan Ramadhan. Ikhtiar demikian ini juga perlu dibangun guna menyatukan visi, misi dan tujuan pemahaman diri pribadi dan anggota keluarga khususnya dalam mewadahi kebajikan-kebajikan amal ibadah bulan Ramadhan agar tidak kecewa dan merugi disebabkan kehilangan start point dan peluang-peluang menarik dalam meningkatkan kuantitas kualitas ibadah sepanjang bulan Ramadhan.
Semoga niat lahir batin yang kita ikhtiari dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi menjelang, dapat dimaksimalkan dayaguna dan pemanfaatannya dalam mencapai esensi maqashid syariah ibadah puasa Ramadhan yakni mencapai derajat muttaqin.