Headlinetoday Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berdampak signifikan terhadap kualitas lulusan Unissula. Diantaranya masa tunggu kerja bagi lulusan universitas menjadi lebih singkat. Hal itu disampaikan oleh Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH dalam Musyawarah Nasional ke- 13 Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS). Munas diselenggarakan di kampus UII Yogyakarta, Rabu (8/3/2023).
“Keunggulan program MBKM di Unissula itu masa tunggu lulusan untuk bekerja menjadi lebih pendek. Karena mahasiswa diwajibkan magang dengan waktu yang relatif lama yaitu enam bulan atau setahun yang bisa dikonversi ke mata kuliah. Sehingga dengan pengalaman magang tersebut mereka cenderung mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya,” jelasnya.
Prof Gunarto menjelaskan bahwa MBKM juga terintegrasi dengan hubungan internasional sebagai world class university. Sehingga setelah Unissula terakreditasi Unggul pada April 2022 lalu, selanjutnya ingin menjadi world class university. “Kalau di Jawa Tengah yang dinilai oleh Direktur Kelembagaan Dikti ada lima perguruan tinggi swasta yang akan mendapatkan hibah, salah satunya Unissula. Dengan begitu perlu memanfaatkan dana tersebut untuk masuk ke perguruan tinggi kelas internasional. Karena tidak hanya kampus negeri yang disuport anggaran, PTS juga diberi kesempatan dengan kriteria tertentu,” jelasnya.
Hubungan internasional tersebut bisa direalisasikan melalui MoU dengan perguruan tinggi asing. Di Unissula Kerjasama tersebut di dua bidang, yaitu riset bersama dan menghadirkan penguji asing khususnya di program doktor. “Kalau di Unissula fokus pada MoU dengan perguruan tinggi asing itu pertama dimulai dengan program studi terakreditasi internasional. Kalau sudah MoU dengan perguruan tinggi besar kemudian kita gunakan untuk riset bersama sehingga prodi tersebut akan terekognisi internasional,” ungkapnya.
Namun menurut Prof Gunarto yang menjadi problem utama selama ini adalah kemampuan berbahasa Inggris. Sehingga pihaknya menyatakan bahwa penguasaan bahasa Inggris tidak hanya mahasiswa namun juga dosen dan pimpinan perguruan tinggi. “Karena internasionalisasi perguruan tinggi harus melalui pintu utama yaitu bahasa Inggris,” pungkasnya.
Turut hadir sebagai pembicara Rektor Universitas Islam Riau Prof Dr Syafrinaldi SH MCL, dan Wakil Rektor I Unisba Prof Ir A Harits Numan. Juga Dr Endang Sulastri MSi Bendahara Umum BKSPTIS selaku moderator.