Visi Indonesia di tahun 2045 untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata. “Kualitas masyarakat yang lebih tinggi tersebut perlu didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang siap bersaing di tingkat internasional,” ungkap Kepala LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah Bhimo Widyo Andoko SH MH. Hal itu du sampaikan dalam acara bimbingan teknis pengembangan program studi untuk memenuhi standar mutu internasional bagi perguruan tinggi di LLDIKTI wilayah VI, Selasa (24/10/2023).
Selanjutnya Wakil Ketua Komisi X DPR RI sebagai keynote speaker mengungkap urgensi dari akreditasi internasional. “Pentingnya pengakuan internasional untuk hubungan diplomatik, kualitas dan reputasi institusi pendidikan, dan juga pengaruh global. Sehingga dibutuhkan langkah konkret yang dapat dilakukan,” ungkap Dr Abdul Fikri Fakih.
Diantara langkah konkret tersebut menurutnya adalah kerjasama dengan masyarakat akademik atau lembaga nasional dan internasional. Kedua program-program internasional bersama universitas mitra luar negeri. Dan perancangan program pendidikan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat dunia.
Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH menyampaikan saat ini Unissula telah terakreditasi Unggul dari BAN PT dan internasional ASIC dan ABEST21. “11 program studi di Unissula telah memperoleh Akreditasi Internasional oleh ASIC dengan predikat Premier. Dan dua program studi juga telah memperoleh Akreditasi Internasional ABEST21,” ungkapnya.
Rektor juga menyebut akreditasi internasional akan menjadi lebih mudah untuk mencari mahasiswa asing. “Sekarang ada kecenderungan warga Indonesia kuliah di Malaysia, begitu sebaliknya. Banyak warga negara asing yang memilih kuliah di Indonesia yang telah terakreditasi Unggul dan terakreditasi internasional Unggul, termasuk Unissula. Di Program Doktor Ilmu Manajemen (PDIM) itu ada 21 mahasiswa dari Malaysia, Program Magister Agama Islam ada 20, dan 2 mahasiswa yang kuliah di Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH),” ungkapnya.
Turut hadir Wakil Rektor I, II, III Unissula. Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Dr Muhammad Abdul Basyir SPd MPd. Santi Hawanti PhD Univ Muh Purwokerto, Prof Ir Pepeng Arifin PhD tim akreditasi internasional Belmawa dari ITB.
Namun apoteker harus bisa menyesuaikan terhadap kemajuan era digital. Era digital akan memberikan banyak kemudahan namun juga tantangan sehingga membutuhkan banyak penyesuaian yakni. Pertama akan menimbulkan keterbatasan peluang pekerjaan bidang farmasi sehingga memaksa para apoteker harus memikirkan inovasi dalam pelayanan kesehatan.
Kedua, perubahan regulasi yang menuntut apoteker harus memantau dan memahami dengan baik sehingga akan terhindar dari kesalahan dalam praktik farmasi. Ketiga, perkembangan teknologi akan mempengaruhi praktik farmasi dan model bisnis Kesehatan sehingga harus menggikuti dan menggunakan secara efektif dalam praktek professional mereka.
Keempat, peran apoteker memberikan informasi dan konsultasi yang akurat lengkap mengenai penggunaan obat, efek samping terhadap masyarakat atau pasien. Tantangan tersebut menjadikan kualitas apoteker di masa depan yang penuh harapan peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan manajemen obat serta hubungan dengan pasien dalam mengembangkan peran sebagai konsultan.
Lintang Purba juga memberikan gambaran solusi menghadapi tantangan tersebut. Mulai dari mahasiswa farmasi dapat belajar dan berperan sosial serta edukasi. Apoteker harus melakukan peningkatan keahlian dan kemampuan apoteker dengan mengikuti sertifikasi spesialis keahlian klinis dan bidang farmasi. Pengembangan karir dengan mengikuti pelatihan komunitas professional dan peningkayan kemampuan komunikasi agar informasi mudah dipahami dengan jelas oleh pasien. “Selain itu, apoteker juga memberikan inovasi pada produk obat, proses dan layanan melalui teknologi”, ungkapnya.
Adanya teknologi yang semakin maju sangat bermanfaat, apoteker dapat mengunakan untuk menjaga kerahasian pasien, meningkatkan kepatuhan pemakaian obat, memudahkan layanan kesehatan. Sekarang ini sudah muncul aplikasi seperti pharmacy robot untuk mengelola stok obat dan menyelesaikan tugas administrasi. Demikian pula Medicine Reminder di Smartphone untuk mengingatkan pasien jadwal minum obat sesuai dengan resep. Online prescription App digunakan pasien bisa membeli obat melalui online, dan barcode scanner digunakan untuk mendeteksi kode obat sehingga memudahkan pengelolaan stok dan pengiriman obat.
“Apoteker perlu beradaptasi dengan cepat dan menggunakan teknologi untuk meninggkatkan kuliatas pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada pelanggan. Adaptasi bisa dimulai sejak menjadi mahasiswa farmasi dengan belajar dan menginovasi diri terhadap perkembangan teknologi terhadap bidang farmasi”, Pungkas Lintang Purba.